DIWANGKARA: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa https://jurnal.stkippgriponorogo.ac.id/index.php/DIWANGKARA <p>ISSN: 2807-808X (Online)<br />ISSN: 2807-825X (Cetak)<br />DOI: <a href="https://doi.org/10.60155/DWK">doi.org/10.60155/DWK</a><br />Penerbit: STKIP PGRI Ponorogo Press<br />Alamat: Jalan Ukel No. 39, Kertosari, Babadan, Ponorogo<br />Email: jurnaldiwangkarastkippo@gmail.com</p> <p>Frekuensi terbitan<br />Dua kali dalam setahun<br />Agustus - Februari</p> STKIP PGRI Ponorogo Press id-ID DIWANGKARA: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa 2807-825X Analisis Semiotika Roland Barthes dan Nilai Moral dalam Geguritan Tandur Karya Widodo Basuki https://jurnal.stkippgriponorogo.ac.id/index.php/DIWANGKARA/article/view/511 <p>Penelitian ini mengkaji nilai-nilai moral yang terdapat dalam <em>geguritan</em> dengan judul Tandur karya Widodo Basuki pada tahun 2022. <em>Geguritan</em> merupakan karya sastra yang banyak menggunakan kata kias dan diksi dengan makna konotatif, sehingga diperlukan analisis semiotika untuk mengetahui makna di dalamnya. Analisis nilai moral pada <em>geguritan Tandur</em> ini menggunakan teori semiotik menurut Roland Barthes. Barthes membagi makna dalam semiotik menjadi tiga, yaitu makna denotatif, konotatif dan mitos. Data pada penelitian ini adalah makna dan nilai moral dalam <em>geguritan Tandur</em>. Sedangkan sumber datanya yaitu <em>geguritan Tandur</em> yang diterbitkan dalam antologi <em>geguritan</em> yang berjudul <em>Guritan Wah Kumpulan Guritan Gagrak Anyar</em> yang diterbitkan pada bulan Mei tahun 2022. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik baca catat, sedangkan analisisnya menggunakan <em>content analysis</em>. Hasil analisis menggunakan teori semiotik adalah ditemukan makna denotasi, konotasi dan mitos dalam <em>geguritan Tandur</em> karya Widodo Basuki. Kemudian hasil kedua yaitu terdapat empat nilai moral merujuk pada hasil analisis makna menggunakan teori semiotik.</p> Ahmad Pramudiyanto Serdaniar Ita Dhamina Suroto Rosyd Setyanto Fitriana Kartika Sari Hak Cipta (c) 2025 DIWANGKARA: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa 2025-01-22 2025-01-22 4 2 10.60155/dwk.v4i2.511 Pengaruh Media Kapija terhadap Kemampuan Membaca Kata Beraksara Jawa Siswa Kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah https://jurnal.stkippgriponorogo.ac.id/index.php/DIWANGKARA/article/view/487 <p>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengeksplorasi pengaruh penggunaan media KAPIJA (Kartu Pintar Bahasa Jawa) terhadap kemampuan membaca kata beraksara Jawa siswa kelas 3 di MI Miftahul Ulum Kalitorong. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif jenis eksperimen dengan desain one group pretest-posttest dengan subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas 3 sehingga pengambilan sampel menggunakan total sampling. Data dikumpulkan melalui dokumentasi dan tes. Penelitian ini menemukan fakta bahwa penggunaan media KAPIJA (Kartu Pintar Bahasa Jawa) membawa pengaruh positif pada kemampuan membaca kata beraksara Jawa siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan nilai yang signifikan antara kemampuan membaca siswa sebelum dan setelah menggunakan KAPIJA. Kemampuan berbahasa yang diajarkan pada Sekolah Dasar salah satunya adalah kemampuan membaca. Salah satu kemampuan membaca yang diajarkan adalah membaca kata beraksara Jawa. Selain kualitas sumber daya manusia (SDM) seperti guru yang kompeten, media pembelajaran yang berkualitas dan relevan juga merupakan faktor penting dalam meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Meskipun penggunaan media KAPIJA berhasil meningkatkan kemampuan membaca, penelitian juga mengidentifikasi beberapa hambatan dalam melakukan pembelajaran Bahasa Jawa seperti kurangnya fasilitas pendukung dalam pembelajaran sehingga siswa merasa bosan. Untuk mengatasi hambatan tersebut agar guru bisa memanfaatkan strategi, model dan media yang digunakan dalam pembelajaran dan melibatkan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran.</p> Ati Dinan Nasihah Dimas Setiaji Prabowo Mohamad Wahyu Hidayat Hak Cipta (c) 2025 DIWANGKARA: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa 2025-01-22 2025-01-22 4 2 10.60155/dwk.v4i2.487 Tradisi Begalan di Banyumas: Simbolisme, Ritual, dan Nilai Budaya dalam Upacara Pernikahan Adat Jawa https://jurnal.stkippgriponorogo.ac.id/index.php/DIWANGKARA/article/view/476 <p>Tradisi begalan merupakan salah satu tradisi yang unik dan penting dalam rangkaian prosesi pernikahan adat Jawa, khususnya wilayah Banyumas. Tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan bagi tamu undangan, tetapi juga mengandung makna simbolis yang sangat mendalam, berkaitan dengan perjalanan hidup dan tanggung jawab yang akan dihadapi oleh pasangan pengantin baru. Dalam upacara begalan, beberapa peralatan rumah tangga yang dibawa oleh para tokoh dalam prosesi memiliki nilai filosofis tersendiri yang melambangkan peran dan tanggung jawab suami istri dalam kehidupan rumah tangga. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data ini melalui observasi, wawancara, dan kajian literatur. Objek penelitian ini adalah terkait nilai simbolis, ritual, dan budaya dalam tradisi Begalan di Banyumas.</p> Devita Rachma Santi Hak Cipta (c) 2025 DIWANGKARA: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa 2025-01-22 2025-01-22 4 2 10.60155/dwk.v4i2.476 Larung Sesaji Gunung Kelud, Tradisi Tak Benda yang Penuh Makna https://jurnal.stkippgriponorogo.ac.id/index.php/DIWANGKARA/article/view/475 <p><em>Tradisi Larung Sesaji Gunung Kelud adalah tradisi yang masih dilakukan di Desa Sugihwaras, Kec. Ngancar, Kabupaten Kediri. Tradisi larung sesaji gunung kelud dilaksanakan setiap tahun setiap tanggal 1 suro. Tradisi ini bermula dari kebiasaan masyarakat Desa Sugihwaras, Kec. Ngancar, Kabupaten Kediri yang melakukan selametan setiap mendapatkan hal baik, kemudian terdapat suatu usulan untuk menyatukan selametan dalam satu waktu yang bersamaan sehingga lahirlah Tradisi Larung Sesaji Gunung Kelud yang masih dilakukan hingga sekarang. </em><em>Penelitian ini dilakukan untuk mendokumentasikan budaya tak benda Kabupaten Kediri. Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dengan salah satu warga desa Sugihwaras dan studi literatur karya karya sebelumnya terkait larung sesaji gunung kelud. </em><em>Hasil penelitian menunjukkuan bahwa simbol simbol di dalam tradisi larung sesaji gunung kelud mengandung makna yang penting bagi masyarakat Desa Sugihwaras, hal ini yang membuat tradisi larung sesaji gunung kelud tetap eksis hingga saat ini</em></p> Hanifah Afnan Hadi Hak Cipta (c) 2025 DIWANGKARA: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa 2025-01-22 2025-01-22 4 2 10.60155/dwk.v4i2.475 Makna di Balik Tradisi Mitoni dalam Budaya Jawa: Teori Ikonologi-Ikonografi https://jurnal.stkippgriponorogo.ac.id/index.php/DIWANGKARA/article/view/463 <p>Artikel ini dibuat untuk menambah wawasan mengenai tradisi Mitoni kepada para pembaca. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan setiap makna yang terkandung dalam prosesi Tradisi Mitoni. Pada penelitian kali ini, menggunakan metode penelitian kualitatif. Sumber data yang diambil menggunakan data yang berasal dari jurnal, buku dan wawancara. Tradisi Mitoni adalah ritual yang dilakukan untuk ibu hamil yang telah memasuki usia tujuh bulan, berasal dari kata ‘am’ dan ‘pitu’. Tradisi ini memiliki beberapa tahapan yaitu, sungkeman, siraman, ganti busana, brojolan, dan slametan. Waktu pelaksanaan tradisi Mitoni tidak boleh sembarangan dan harus sesuai dengan penanggalan sebelum bulan purnama. Setiap prosesi memiliki makna nya masing-masing. Walaupun memiliki makna yang berbeda, tetapi intinya sama yaitu, harapan calon orang tua agar bayi yang dikandung diberikan kesehatan dan diberikan kelancaran saat proses persalinan.</p> Muhammad Alfero Kumara Putra Hak Cipta (c) 2025 DIWANGKARA: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa 2025-01-22 2025-01-22 4 2 10.60155/dwk.v4i2.463 Perempuan Papua sebagai Penjaga Warisan: Peran Perpustakaan dalam Memberdayakan Pengrajin Noken https://jurnal.stkippgriponorogo.ac.id/index.php/DIWANGKARA/article/view/492 <p><span style="font-weight: 400;">Noken adalah tas tradisional yang terbuat dari anyaman serat alami yang menjadi simbol identitas dan budaya masyarakat Papua. Tas ini dapat digunakan untuk membawa hasil kebun, serta membawa nilai-nilai budaya yang hidup dalam budaya tersebut. Namun, pelestarian noken terhambat oleh berbagai kendala, antara lain komodifikasi noken yang membuat masyarakat melihat nilai budaya hanya sebagai keuntungan finansial, serta kurangnya fasilitas dan dukungan yang dibutuhkan untuk mempertahankan keterampilan tradisional. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan peran perempuan dalam mempertahankan tradisi pembuatan noken dan kontribusi perpustakaan dalam mengatasi hambatan tersebut. Diharapkan kolaborasi antara perpustakaan dan perempuan pengrajin noken dapat membuahkan hasil yang lebih baik untuk pelestarian noken tradisional.</span></p> Siva Vauziah Hak Cipta (c) 2025 DIWANGKARA: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa 2025-01-22 2025-01-22 4 2 10.60155/dwk.v4i2.492